Dedikasi Pelukis Made Dolar Astawa di Mata Pemerhati Seni dan Budaya Bali

banner 468x60

Denpasar – baliwananews.com | Made Astawa yang lebih akrab dipanggil Made Dolar adalah sosok yang unik ia terlahir dari keluarga sangging, sehingga tak khayal darah seni mengalir dalam dirinya. Sejak kecil sudah menyenangi aktivitas seni melalui seka di desanya, terlibat Mengenyam pendidikan seni dari Sekolah Menengah Seni Rupa perjalanannya begitu panjang dalam laku kesenian. Suatu waktu ia pernah menjadi tenaga pengamanan (waker) pada sebuah restoran di Sanur, mengelola galeri, sekaligus menjadi semacam manajer untuk kawan-kawan seniman lainnya, hingga diangkat menjadi manajer Santrian Art Gallery. Pergaulannya begitu beragam dari dunia preman, hingga menjadi pemuka adat di desanya, trah keturunan dari keluarga sangging kemudian memanggil membuka jalan baginya untuk menemukan formulasi artistik yang digali dari spirit ngayah mendalami upacara yadnya.

Menurut penulis dan pengamat seni dan kebudayaan Bali, Wayan Seriyoga Parta, Made “Dolar” Astawa Perjalanan panjang proses kreatifnya berkelindan antara menjalani berbagai aktivitas dalam riuh pariwisata Sanur, dinamika seni rupa, hingga didaulat oleh masyarakat di desanya di Payangan menjadi aparat desa adat menjalani kehidupan tradisi ngayah di desa. Pengabdian di desa dijalaninya selama bertahun-tahun sembari tetap aktif berkarya dan khususnya melukis, Dolar menjalani proses ulang-alik antara kehidupan tradisi dan kehidupan modern menjadi warga urban. Proses ini menarik, menjadikannya memiliki ruang untuk larut dan tetap berjarak dengan mengakumulasi proses tersebut untuk dituangkan menjadi karya seni lukis.

Dalam periode waktu kreativitasnya tercurah melihat kontraksi kehidupan modern dalam balutan pariwisata, dengan berbagai ekses-ekses positif dan sekaligus destruktif pada tatanan sosial dan kebudayaan Bali. Nilai paradoksal antara kemajuan di satu pihak dan kemunduran di lain pihak, yang mengakibat berbagai perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat Bali yang tetap berusaha mempertahankan kebudayaan dan keberlangsungan tradisi. Kegelisahan tersebut kerap hadir secara banal dalam karya-karyanya pada periode sebelumnya. Dolar menyatakan periode itu merupakan representasi dari berbagai pengalaman langsung bergumul dengan berbagai entitas dalam riuh dan gemerlapnya kehidupan pariwisata.

Kepulangannya ke desa menjalani tugas adat membuatnya semakin sadar akan kekuatan dan modal kebudayaan Bali, yang berupaya sekuat mungkin menjaga kesinambungan tradisi dan ritual. Setelah sekian lama menjalani kehidupan ngayah yang dapat menghabiskan waktu hingga berminggu-minggu atau bulan, sembari ulang-alik ke Sanur menyiapkan program-program pameran di Santrian. Membuatnya semakin sadar bahwa ada spirit energi yang luar biasa dari prosesi ritual, yang dapat diadopsi serta dituangkan menjadi metode artistik dalam berkarya seni lukis.

Kekhusyukan menjalani prosesi ritual dalam melaksanakan upacara yadnya, membawanya pada kesadaran kreatif pada penemuan formulasi artistik yang digali dari prosesi penyusunan upakara yadnya.

Bahkan, Pengamat dan pemerhati seni dan kebudayaan Bali lainnya, Putu Suasta mengakui dedikasi dan sumbangsih Made “Dolar” dalam turut andil memajukan seni rupa di Bali.

Baginya, Made “Dolar” adalah seniman yang memiliki keteguhan sikap dan prinsip dalam menentukan garis keseniannya. Namun kadang mampu berikan ‘karpet merah’ untuk orang lain.

“Dolar bisa menorehkan karyanya berdasarkan imaji dan talenta tiada batas yang dimiliki namun dibalik itu Made Dolar juga bisa berkomunikasi dan berkompromi terhadap aspirasi eksternal dilingkungan sekitar tanpa bertahan dengan garis demarkasi karyanya, artinya dirinya tetap aspiratif mengakomodir pendapat orang,” kata Putu Suasta.

Perangainya yang selalu ringan tangan membantu teman sesama pelukis bahkan rela hanya menjadi The Man Behind The Line agar semata untuk menggelar ‘panggung’ untuk orang lain barangkali itu menjadi tambahan bekal asupan energi bagi dirinya.

“Hal itulah yang menjadi ciri ngayah (mengabdi) untuk kesuksesan orang lain dalam diri Dolar, sudah tak terhitung berapa figur Perupa yang terbantu sukses akibat campur tangannya, tidak terhingga banyaknya panggung eksibisi seni rupa yang telah dia bantu topang,” tutur Suasta.

Mungkin begitu dalam kecintaan dan dedikasinya dalam dunia seni rupa membuat Made “Dolar” tetap eksis dan berkarya sampai hari ini. (hd)

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *