Denpasar (Baliwananews.com) – “Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan hanya mencerdaskan secara kognitif, meningkatkan kesehatan anak, atau memenuhi kebutuhan gizi, tetapi juga dapat memberdayakan masyarakat lokal.” Demikian disampaikan Anggota Komite III DPD RI, IB. Rai Dharmawijaya Mantra saat melaksanakan kunjungan ke Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) Pemecutan. Selasa, 8 Oktober 2025.
Dalam kunjungan tersebut, Rai Mantra juga menyampaikan apresiasinya terhadap SPPG Pemecutan. “Dari keliling saya kira ini kemitraan yang wajib direkomendasi. Dari layout, dari pemberdayaan masyarakat lokal, saya rasa ini sudah mendekati standarisasi yang ditetapkan oleh BGN, termasuk juga masalah hygiene dan sanitasi”
Kunjungan ke SPPG Pemecutan dilakukan dalam rangka Serap Aspirasi dan Tugas Pengawasan atas pelaksanaan UU Nomor 17 Tahun 2023, khususnya berkaitan dengan Makan Bergizi Gratis (MBG). Selain ke SPPG Pemecutan, Rai Mantra juga meninjau langsung SPPG Sidakarya dan berkunjung ke SLB Negeri 2 Denpasar.
Didampingi Kepala Balai Besar POM di Denpasar, Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga Kota Denpasar, Dinas Kesehatan Kota Denpasar, Kepala SPPG Denpasar, Perbekel/Lurah se-tempat, serta mitra BGN Rai Mantra menyampaikan pengawasan ini dilakukan sebagai tindakan preventif dalam menanggapi kejadian secara nasional sekaligus menyerap masukan dari daerah.
“Mudah-mudahan di Bali tidak ada kejadian seperti itu, saya lihat Satuan Tugas (Satgas) Daerah juga sudah berfungsi dengan baik.”
Dalam kunjungan di SLB Negeri 2 Denpasar, salah satu orang tua siswa menyambut baik dan mengapresasi pemberian MBG di sekolah. Dikatakan bahwa pemberian MBG ini mampu meningkatkan minat anak untuk sekolah.
“Saya rasa ini perlu dilanjutkan dan perlu dilakukan survei terkait masalah keinginan makanan anak-anak. Ketika anak-anak tertarik datang ke sekolah, Negara akan mendapatkan suatu ukuran pendidikan utamanya dalam mengentaskan/meminimalisir angka putus sekolah.” Ungkap, Rai Mantra.
Kepala Balai Besar POM di Denpasar, Dra. I Gusti Ayu Adhi Arypatni, Apt yang turut mendampingi menyampaikan salah satu usulan penting bagi Badan Gizi Nasional (BGN) yakni terkait penyediaan tester makanan.
“Kami mengusulkan kepada BGN, kepada seluruh SPPG untuk menyediakan tester, yang jumlahnya tidak perlu sama (satu ompreng) cukup kecil, namun mewakili seluruh menu yang disajikan.”
Ditambahkannya tester makanan tersebut dapat digunakan untuk uji organoleptik – metode pengujian menggunakan panca indra meliputi bau, rasa, warna oleh guru sebelum dibagikan ke anak didik. Ini merupakan langkah preventif sekaligus merupakan bagian dari mitigasi risiko.
Dalam kunjungan di SPPG Pemecutan dan Sidakarya, ditemukan satu permasalahan yang sama yakni terkait sumber daya manusia. Terjadi turn over karyawan/pekerja yang cukup tinggi serta kekurangan sumber daya manusia (tenaga ahli) yang kompeten pada bidang yang dibutuhkan.
“Satu, memang masalah UMR harus terpenuhi dengan baik, termasuk BPJS Ketengakerjaan dan BPJS Kesehatan. Kedua, perlu ada keterlibatan community college yakni sekolah-sekolah vokasi terutama sekolah pariwisata dengan kualifikasi yang dibutuhkan.”
Diharapkan Makan Bergizi Gratis (MBG) dapat berlanjut kedepan dengan selalu memperhatikan standar hygiene, sanitasi, serta keamanan dan kelayakan pangan. SPPG juga dapat melakukan variasi menu untuk meningkatkan daya tarik dan mengurangi food waste.
Dari keliling saya kira ini kemitraan yang wajib direkomendasi (SPPG Pemecutan), dari layout, dari pemberdayaan masyarakat lokal, saya rasa ini sudah mendekati standarisasi yang ditetapkan oleh BGN (Negara).
Masalah hygine, sanitasi juga kita lihat sangat baik dan bukan hanya itu jadi dampak pekerja lokal juga mereka tampung.
MBG bukan hanya mencerdasarkan secara kognitif atau meningkatkan kesehatan anak, dan memenuhi kebutuhan gizi tetapi juga dapat memberdayakan masyarakat lokal. Kita tidak sederhana menilai MBG dari satu indikator, banyak indikator yang sudah berdampak dari pemberian MBG.
Pada prinsipnya, saya lihat ini adalah kemitraan yang paling proporsional untuk bisa jadi benchmarking. Meskipun, ada beberapa hal yang masih sedang dalam perbaikan.
Kepala Badan POM di Denpasar menambahkan bahwa pihaknya memang mengusulkan kepada BGN, kepada seluruh SPPG untuk menyediakan tester, yang jumlahnya tidak perlu sama (satu ompreng), cukup kecil, namun mewakili seluruh menu yang disajikan.
Jadi ini bisa digunakan untuk uji organoleptik (metode pengujian menggunakan panca indera) meliputi bau, rasa, warna oleh guru-guru sebelum dibagikan ke anak-anak didik. Jadi dicoba dulu, kalau ada permasalahan rasa, ada bau kurang sesuai, guru-guru pasti paham, lebih awal bisa ada preventifnya, ada mitigasi risiko disitu. Walaupun dari segi produksi disini (SPPG) sudah oke, tapi ada perjalanan dari SPPG ke sekolah yang berpotensi terkontaminasi dari perjalanan disana.
Menurut Mantra, Sebetulnya kita melakukan pengawasan ini untuk tindakan preventif, untuk kejadian secara nasional. Mudah-mudahan di Bali tidak ada kejadian seperti itu, saya lihat Satgas daerah juga sudah berfungsi dengan baik.
Ada beberapa hal yang memang harus rekomendasikan, seperti BPOM, tadi ada masalah tester yang saya rasa tidak memerlukan cost yang terlalu tinggi, tapi manajemen risikonya sudah terdistribusi dengan baik.
Pendapat dari orang tua siswa menyatakan MBG ini sangat baik sekali dan menyebabkan anak pingin sekolah. Saya rasa ini perlu dilanjutkan dan perlu dilakukan survei masalah keinginan makanan anak-anak ini bisa terpenuhi, karena ini menjadi daya tarik bagi anak-anak untuk sekolah.
Ketika anak-anak tertarik datang ke sekolah, negara akan mendapatkan suatu ukuran pendidikan, mengentaskan/meminimalisir angka putus sekolah.
“Masukan kepada BGN dan juga Satgas untuk masalah potensi sumber daya manusia yang ada. Satu, masalah UMR harus terpenuhi dengan baik, Kedua, terkait BPJS Tenaga Kerja dan Kesehatan. Yang selanjutnya, saya rasa juga perlu melibatkan sekolah-sekolah vokasi terutama sekolah pariwisata yang memiliki jurusan cook dan juga pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk bisa magang atau paling tidak Satgas ini bisa memberikan syarat kompetensi yang dibutuhkan sehingga kesempatan kerja bukan hanya di perhotelan, di catering juga akan terbuka. Dan ini akan juga ada transfer knowledge disana,” pungkas Mantra. (hd)