BALI (baliwananews.com) – Parker Solar Probe milik Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) menjadi pesawat antariksa pertama yang berhasil menembus Badai Matahari dan meneliti lontaran massa koronal (CME). Peneliti NASA menyebut momen tersebut adalah penelitian CME yang paling dekat dengan Matahari.
Parker Solar Probe milik Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) menjadi pesawat antariksa pertama yang berhasil menembus Badai Matahari dan meneliti lontaran massa koronal (CME). Pesawat antariksa yang meluncur sejak Agustus 2018 ini berada dalam paparan CME selama dua hari Matahari pada jarak 9,2 juta kilometer dari permukaan Matahari.
Sebagai perbandingan, Merkurius yang merupakan planet terdekat dengan Matahari berjarak 37 juta kilometer dari Matahari. Bumi sendiri berjarak lebih dari empat kali lipatnya, yakni sekitar 150 juta kilometer. Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam The Astrophysical Journal, Parker melewati CME pada 22 September 2022, melintasi gelombang kejut CME yang merupakan gelombang terdepan.
Peneliti NASA menyebut momen tersebut adalah penelitian CME yang paling dekat dengan Matahari. Selama peristiwa tersebut, wahana antariksa Parker mendeteksi partikel-partikel yang melesat hingga 1.350 kilometer per detik, yang membuatnya setara dengan badai Matahari terdahsyat yang pernah diamati, yakni Carrington Event.
CME sendiri adalah lontaran plasma dan medan magnet yang besar dari Matahari yang sering terbentuk setelah terjadinya suar Matahari. Keduanya berakar pada putaran dan penataan kembali medan magnet Matahari. Ketika mengarah ke Bumi, CME dapat menyebabkan badai geomagnetik yang dapat mengubah bentuk medan magnet planet kita, yang di antaranya menyebabkan munculnya aurora.
Namun, beberapa kasus CME yang parah dapat merusak satelit, melumpuhkan sistem komunikasi, dan menyebabkan pemadaman listrik besar-besaran. Dilansir NASA, sebuah studi pada 2003 berteori CME dapat berinteraksi dengan debu antarplanet di orbit di sekitar bintang kita dan bahkan membawa debu tersebut ke luar.
Para ilmuwan menyebut penelitian lebih lanjut tentang bagaimana peristiwa ini berinteraksi dengan debu antarplanet dapat membantu para ilmuwan memprediksi dengan lebih baik seberapa cepat CME bergerak dari Matahari ke Bumi. Selain itu, untuk memperkirakan kapan planet ini dapat merasakan dampaknya. (red)