Denpasar (Baliwananews.com) – Erupsi Gunung Marapi di Sumatra Barat pada Minggu (3/12) berdampak ke 75 pendaki. Per Selasa (5/12), sebanyak 40 orang telah dievakuasi dan kembali ke rumah masing-masing, 22 orang ditemukan meninggal dunia, 12 korban luka-luka sedang menjalani perawatan di rumah sakit, dan 1 orang masih dalam pencarian.
Jumlah korban meninggal dunia akibat erupsi Gunung Marapi di Sumatra Barat terus bertambah. Melansir BBC, Basarnas menyatakan, total korban meninggal kini berjumlah 22 orang. Jumlah itu bertambah karena pada Selasa (05/12), Basarnas telah menemukan sembilan dari 10 korban yang sebelumnya dilaporkan hilang dalam keadaan meninggal dunia.
Juru Bicara Basarnas Arief Pratama menyatakan, Basarnas dan tim gabungan akan melanjutkan pencarian pada Rabu hari ini untuk satu korban yang belum ditemukan. Arief menambahkan dari total 22 korban meninggal itu, 13 di antaranya sudah berada di rumah sakit dan sembilan jenazah yang baru ditemukan masih dalam proses evakuasi.
Peristiwa erupsi Gunung Marapi berdampak pada 75 pendaki, dengan rincian 40 orang telah dievakuasi dan kembali ke rumah masing-masing, 22 orang ditemukan meninggal dunia, 12 korban luka-luka sedang menjalani perawatan di rumah sakit, dan 1 orang masih dalam pencarian.
Gunung Marapi di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat yang berstatus Waspada tiba-tiba meletus dahsyat pada Minggu (3/12) pukul 14.53. Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), letusan Gunung Marapi tidak didahului oleh peningkatan gempa vulkanik yang signifikan. Akibatnya, hujan abu dan pasir menjebak puluhan pendaki yang berada di sekitar puncak gunung
Balai Konservasi Sumber Daya Alam BKSDA Sumatera Barat saat ini menutup jalur pendakian ke Gunung Marapi. Polda Sumbar juga menyiapkan Posko Disaster Victim Identification (DVI) di posko evakuasi Marapi Batu Palano untuk mengidentifikasi korban pendaki Gunung Marapi yang dinyatakan meninggal dunia. Pihak keluarga pendaki bisa langsung mendatangi posko tersebut untuk memberikan data antemortem yang dibutuhkan untuk keperluan identifikasi.
Di sisi lain, sebagian kecil petani yang berada di sekitar lereng Gunung Marapi tetap melakukan aktivitas. Padahal, pemerintah desa setempat telah memberikan larangan beraktivitas di sekitar gunung sementara waktu. Kepala Desa Batu Palano Darizal menuturkan warga di sekitar lereng gunung telah terbiasa dengan embusan abu vulkanik walaupun erupsi yang terjadi akhir pekan lalu memiliki intensitas yang lebih besar. (hd)