Denpasar (Baliwananews.com) – Terima kasih buat MUI dan ormas (Organisasi Kemasyarakatan) Islam lainnya yang telah turut menjaga persatuan dan gotong royong.
“Terkenang saat perjuangan kami untuk memimpin Bali dan pada saat belum ada kepastian dalam penetapan calon kepala daerah dari partai-partai namun ormas-ormas Islamlah yang terlebih dulu mengusung kami, momen tersebut tidak akan pernah terlupakan sepanjang hidup kami”.

Hal tersebut dikemukakan oleh Gubernur Bali, I Wayan Koster disela-sela membuka secara resmi Musyawarah Daerah (Musda) MUI ke-XII Provinsi Bali berlangsung hari ini, 14 Desember 2025, di Harris Hotel & Conventions, Denpasar. Acara ini menjadi momen penting untuk memilih kepengurusan baru dan memperkuat peran ulama.
“Pertama saya mengucapkan semoga Musda nya berjalan dengan lancar dan sukses dan pemilihan pengurus baru nantinya sebaiknya dilakukan dengan musyawarah supaya (situasi) Bali tetap solid dan kompak serta selalu bisa berkontribusi bersama-sama.
Menyikapi situasi Nataru Gubernur Bali menekankan bahwa masalah transportasi dan keamanan perlu terus dikoordinasikan dan untuk menghadapi cuaca hujan”. Pihaknya akan menyampaikan kepada PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia) Bali dan Asosiasi Travel untuk menghimbau kepada wisatawan agar menghindari obyek-obyek wisata yang beresiko.
Tema dan Tujuan Musda mengusung tema “Meneguhkan Peran Ulama untuk Mewujudkan Kemandirian Bangsa dan Kesejahteraan Masyarakat Bali”. Tujuannya mencakup penguatan pelayanan umat (khadimul ummah), kemitraan dengan pemerintah (shadiqul hukumah), serta optimalisasi bidang-bidang MUI yang kurang proaktif, termasuk fasilitas tempat ibadah.
Peserta dan Acara diikuti sekitar 200 peserta, termasuk Forkopimda Bali, ormas, dan tokoh agama. Dibuka oleh Sekjen MUI Pusat Buya Amirsyah Tambunan, dengan sambutan Gubernur Bali Wayan Koster. Selain agenda organisasi, ada penggalangan dana untuk korban bencana Sumatera.
Program Unggulan Musda mendorong kaderisasi ulama melalui Kursus Keulamaan 6 bulan untuk lulusan S1 ilmu agama yang mampu berbahasa Arab, dari seluruh kabupaten/kota Bali. Ini menjawab krisis regenerasi ulama di tengah tantangan seperti adaptasi teknologi AI. (hd)










