Denpasar – baliwananews.com | Presiden Prabowo menyatakan siap mengevakuasi sementara 1.000 warga Gaza korban konflik. Rencana ini tuai pro-kontra, termasuk kritik dari NU Australia-Selandia Baru yang menilai evakuasi justru bisa melemahkan perjuangan rakyat Palestina.
Presiden Prabowo Subianto menyatakan kesiapan Indonesia untuk mengevakuasi sementara sekitar 1.000 warga sipil dari Jalur Gaza yang menjadi korban konflik berkepanjangan dengan Israel. Evakuasi tersebut akan difokuskan pada anak-anak yatim piatu, korban luka, dan mereka yang mengalami trauma berat.
“Kami siap kirim pesawat untuk evakuasi. Ini bersifat sementara, bukan relokasi permanen,” ujar Prabowo sebelum bertolak ke Uni Emirat Arab, Rabu, 9 April 2025. Ia menegaskan bahwa para pengungsi akan dikembalikan ke Gaza setelah pulih dan situasi memungkinkan.
Langkah ini didukung penuh oleh Kementerian Pertahanan dan TNI yang menyatakan infrastruktur serta rumah sakit siap digunakan. Menteri Luar Negeri Sugiono juga menyatakan bahwa evakuasi hanya akan dilakukan jika mendapat persetujuan dari semua pihak terkait, termasuk Palestina.
Namun, rencana ini menuai kritik dari Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia-Selandia Baru, Eko Ernanda. Ia menilai evakuasi warga Gaza ke luar wilayah justru bisa memperlemah posisi politik dan moral perjuangan rakyat Palestina. Menurutnya, bantuan kemanusiaan lebih baik difokuskan ke dalam negeri Palestina, seperti tenaga medis, pendidikan, dan logistik.
“Anak-anak Palestina seharusnya bisa tumbuh dan belajar dengan damai di tanah airnya sendiri,” tegas Eko dalam forum silaturahmi kemanusiaan di Jakarta, Senin, 14 April 2025.
Sementara itu, Prabowo tengah melakukan diplomasi dengan negara-negara Timur Tengah seperti Mesir, Turki, Qatar, dan Yordania untuk mendapatkan dukungan atas rencana kemanusiaan ini. Tantangan diplomatik dan sensitivitas politik kawasan menjadi salah satu faktor utama yang diperhatikan pemerintah Indonesia. (hd)
