Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, 10 Orang Meninggal

banner 468x60

Flores – baliwananews.com | Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki menewaskan sepuluh orang dan mengungsi ribuan warga. Kementerian Kesehatan mengirim bantuan medis, mendirikan pos kesehatan, dan menutup layanan sementara di beberapa puskesmas demi penanganan darurat di wilayah terdampak.

Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, mengalami erupsi besar pada Minggu malam, 3 November 2024. Erupsi ini mengakibatkan kerugian besar, termasuk korban jiwa dan gangguan infrastruktur di wilayah terdampak.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 10 korban meninggal dunia akibat letusan ini. Sebanyak 9 jasad telah berhasil dievakuasi, sementara satu korban lainnya masih dalam proses evakuasi karena tertimpa reruntuhan. Selain korban jiwa, ribuan warga terdampak di tujuh desa yang tersebar di Kecamatan Wulanggitang dan Kecamatan Ile Bura. Secara keseluruhan, terdapat 2.734 kepala keluarga atau 10.295 jiwa yang terdampak oleh letusan ini.

Dampak erupsi juga menyebabkan empat bandara di Pulau Flores ditutup sementara waktu. Bandara Hasan Aroeboesman di Kabupaten Ende, Bandara Soa Bajawa, Bandara Gewayantana di Larantuka, dan Bandara Frans Seda di Maumere terpaksa dihentikan operasinya demi keselamatan penerbangan. Bandara Frans Seda bahkan telah berhenti beroperasi selama lebih dari dua bulan karena aktivitas vulkanik yang berulang di Gunung Lewotobi Laki-Laki. Penutupan bandara ini juga terkait dengan pembatalan penerbangan dari maskapai Wings Air yang mengkhawatirkan risiko debu vulkanik terhadap pesawat.

Pemerintah Kabupaten Flores Timur menetapkan status tanggap darurat sejak 4 November hingga 31 Desember 2024, sesuai dengan Keputusan Bupati Flores Timur Nomor BPBD.300.2.2.5/020/BID.KL/IX/2024. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menaikkan status Gunung Lewotobi Laki-Laki dari Siaga (Level III) menjadi Awas (Level IV) pada 3 November, setelah evaluasi aktivitas gunung menunjukkan peningkatan risiko. Pada 1 November, terjadi erupsi dengan kolom abu mencapai ketinggian 1.500-2.000 meter dari puncak gunung, serta gempa getaran banjir yang terdeteksi di wilayah Dulipali.

Sebagai respons atas dampak erupsi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Pusat Krisis Kesehatan (Puskris) mengirimkan bantuan tanggap darurat. Bantuan dari Kemenkes mencakup berbagai kebutuhan kesehatan, seperti 20 unit oxygen concentrator, 10.000 masker dewasa, 5.000 masker anak, 500 face shield sekali pakai, dan 10 kantong jenazah. Selain itu, disalurkan juga bantuan obat-obatan, termasuk Dexamethasone, oralit, larutan infus, Metronidazole, Paracetamol, Ciprofloxacin, Zinc Sulfate sirup, dan Natrium Klorida infus.

Kemenkes juga mendirikan pos kesehatan di lokasi terdampak untuk memberikan pelayanan kesehatan serta memantau penyakit yang mungkin timbul akibat kondisi bencana ini. Pelayanan kesehatan sementara difokuskan di beberapa puskesmas, yaitu Puskesmas Ilebura, Puskesmas Lewolaga, Puskesmas Lato, dan Puskesmas Demon Pagong, sementara layanan rujukan diarahkan ke RSUD Dr. Henrikus Fernandez Larantuka.

Erupsi ini menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat di dua kecamatan terdampak. Sebanyak 4.436 warga harus mengungsi di 24 lokasi pengungsian, sementara 138 orang mengalami luka-luka, dengan 31 di antaranya luka berat. Sepuluh fasilitas kesehatan di wilayah tersebut, termasuk Puskesmas Boru dan delapan unit layanan kesehatan di desa sekitarnya, juga turut terdampak dan terpaksa ditutup. (hd)

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *