Generasi Muda AS Mulai Meninggalkan TikTok Demi Kehidupan Aktual

Gaya Hidup198 Views
banner 468x60

Denpasar (Baliwananews.com) – Anak muda di AS mulai meninggalkan TikTok setelah menganggapnya membuat ketagihan dan mengganggu kehidupan serta cita-cita mereka. Algoritma aplikasi dan fitur “endless scroll” membuat mereka terus terpaku pada ponsel dan memicu berbagai masalah. Meskipun memiliki fitur pembatasan waktu penggunaan, banyak pengguna yang merasa fitur tersebut tidak efektif. Setelah menghapus aplikasi, mereka mengaku merasa lebih produktif, terhubung kembali dengan orang tersayang, dan mengejar minat mereka sendiri.

Banyak anak muda kini mulai jeda dalam kebiasaan menggunakan TikTok, tren yang dimulai saat masa lockdown pandemi. Generasi 20-an ini, yang tumbuh besar dengan media sosial, menyadari dampak negatifnya terhadap kehidupan mereka. Tidur, pekerjaan, pekerjaan rumah tangga, dan hubungan semuanya terganggu karena TikTok menjadi pusat perhatian. Beberapa bahkan merasa ini menghambat kreativitas mereka. Gerakan detoks digital ini bertepatan dengan meningkatnya kekhawatiran politik seputar aplikasi tersebut.

Menghentikan TikTok terasa seperti ketinggalan zaman, kata sebagian orang, dengan aliran referensi budaya pop dan meme yang tiada henti. Keilah Bruce, seorang akuntan berusia 27 tahun, mendapati aplikasi tersebut selaras dengan pikirannya secara tidak wajar, menimbulkan kekhawatiran privasi. Bruce tidak sendirian, data menunjukkan penurunan penggunaan TikTok di kalangan dewasa muda, meskipun aplikasinya tetap sangat populer.

Meskipun TikTok menawarkan alat untuk mengatur waktu penggunaan layar, banyak pengguna, seperti Bruce, tidak menyadarinya atau mengabaikan batasan tersebut. Dia menggambarkan dirinya yang lalai mengerjakan tugas dan interaksi sosial saat terpaku pada aplikasi. Bruce akhirnya berhenti menggunakan TikTok untuk selamanya pada Oktober 2023. Keheningan yang terjadi di awal terasa janggal, tetapi dia telah terhubung kembali dengan orang-orang tercinta, menemukan kembali pikirannya sendiri, dan menikmati kehidupan sosial yang lebih aktif. “Saya tidak ingin lagi mengorbankan hal-hal itu,” katanya.

Cerita serupa bermunculan. Gautam Mengi, seorang mahasiswa film, nilai akademisnya turun drastis karena terlalu banyak scrolling di TikTok. Dia bahkan membuang sampah dengan satu tangan agar bisa terus menonton video! Kehidupan sosialnya juga terganggu, membuatnya akhirnya berhenti pada bulan Desember. Sekarang ia merasakan peningkatan kinerja akademik setelah tidak menggunakan TikTok. Masalah keamanan juga menjadi perhatian bagi Samantha Rodriguez. Scrolling sambil berjalan-jalan dengan anjingnya menyebabkan tabrakan yang memalukan (dan berpotensi berbahaya). Kebiasaan menggunakan TikTok larut malam memengaruhi kinerja pekerjaannya dan membuat hubungannya dengan suami tegang. Enam bulan lalu, dia memutuskan untuk berhenti dan tidak pernah menyesalinya. Alissa Chapman, seorang konsultan dan penulis, mendapati dirinya “lumpuh” karena terlalu banyak terinspirasi di TikTok. Setelah istirahat seminggu, dia kembali dan menemukan ratusan video yang dibagikan. “Kita semua agak muak,” sadarnya. Chapman sekarang menggunakan TikTok dengan hemat, berfokus pada pembuatan kontennya sendiri daripada sekadar menonton konten orang lain.

Tren anak muda yang memprioritaskan pengalaman dunia nyata daripada scrolling tanpa henti ini merupakan tanda keinginan yang semakin besar untuk penggunaan teknologi secara bijaksana. (hd)

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *