Denpasar (Baliwananews.com) – Pihak Kemenkes menanggapi bahwa kabar yang viral beredar tentang vaksin HPV dikatakan bisa menyebabkan mandul adalah hoax belaka.
Seiring dengan digencarkannya penyebaran vaksinasi Human Papilloma Virus (HPV) gratis yang menyasar kelompok usia anak kelas 5 dan 6 SD, baru-baru ini beredar kabar di media sosial yang menyatakan bahwa program vaksin HPV tersebut berpotensi memicu kemandulan.
Menanggapi kabar tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menegaskan bahwa hal itu dipastikan hoax atau informasi yang menyesatkan. Menurut Juru Bicara Kemenkes, dr. Mohammad Syahril, vaksin HPV dipastikan aman.
“Imunisasi HPV sudah dipastikan keamanannya dan pada umumnya tidak menimbulkan reaksi yang serius sesudah pemberian imunisasi,” ujarnya yang dikutip dari laman Ayo Sehat Kemenkes pada Rabu (11/10).
Dalam keterangan dr. Syahril, reaksi setelah melakukan vaksinasi dikatakan tergolong ringan. Seperti vaksinasi pada umumnya, yakni kemerahan, pembengkakan, dan nyeri ringan. Biasanya, hal tersebut akan timbul satu hari setelah pemberian imunisasi dan dapat berlangsung hingga satu sampai tiga hari. Reaksi umum seperti demam pun dapat muncul setelah pemberian imunisasi. Kemudian, apabila seseorang mengalami penyakit sedang atau parah, disarankan menunggu sampai kondisinya stabil atau lebih baik sebelum mendapatkan vaksin.
Sebagai informasi pula, vaksin HPV adalah vaksin yang diberikan untuk mencegah infeksi virus HPV yang merupakan penyebab utama kanker serviks. Pemerintah memberikan vaksinasi HPV gratis ke dalam program imunisasi nasional sejak 2023 dalam Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) setiap bulan Agustus.
Selain itu, efektivitas pemberian vaksinasi HPV untuk mencegah kanker serviks dikatakan mencapai 100 persen apabila diberikan sebanyak dua dosis pada anak perempuan saat usia 9 hingga 13 tahun.
Tak hanya di Indonesia, banyak pula negara yang lebih dulu menggencarkan vaksinasi HPV. Sedikitnya ada di 135 negara, di antaranya Malaysia, Singapura, Amerika, Inggris, dan Prancis.
Terlepas dari itu, selalu ingat untuk berhati-hati memilah informasi atau kabar apapun. Lebih baik, informasi yang dipercaya adalah informasi yang didapatkan melalui sumber yang jelas dan kredibel, selalu identifikasi dan analisis kebenaran dari kabar dr yang didapat melalui media sosial. (rls/hd)