Ziarah Spiritual Camino de Santiago Vilalba Track

By : Putu Suasta, Kolumnis dan Budayawan

banner 468x60

Spanyol – baliwananews.com | Putu Suasta, Seorang Pengelana Global yang Alumni UGM dan Cornell University mengatakan, tradisi Camino de Santiago sudah berlangsung selama 700 tahun. 

Tradisi yang telah berjalan sejak berabad-abad lalu terutama diikuti oleh penganut katolik dari seluruh dunia, namun kini diikuti oleh warga dunia dari semua agama, semua kebangsaan ,terutama kelompok milenial dan menjadi gaya hidup tracking global. 

Mengapa Camino de Santiago begitu populer di kalangan wisatawan modern? Dari berbagai kenyataan lapangan dan pandangan mata menyiratkan bahwa ribuan orang berjalan di Camino de Santiago setiap tahun. Datang dari berbagai lapisan masyarakat, ziarah ini telah memikat hati banyak orang yang melakukan perjalanan. Para peziarah akan melakukan perjalanan panjang ke katedral megah di Santiago de Compostela.  

Berjalan kaki melewati bukit, pemukiman, hutan dan sungai  menuju katedral Santiago Camino tidaklah sulit, sebagian besar tahapannya relatif datar di jalur yang bagus. 

Kesulitan utamanya adalah hanya sedikit yang berjalan terus-menerus selama 10, 20, atau 30 hari bahkan berbulan bulan. 

Rute yang paling populer (yang sangat ramai di pertengahan musim panas) adalah Camino Potuguese  yang dilakukan start dari Porto Portugal ke Valanca-Tui-Porinho- Rodendela-caldas de rey -pedron sampai di Santiago. Namun ada juga pakai Traak Camino De Frances yang membentang sejauh 780 km (hampir 500 mil) dari St. Jean-Pied-du-Port dekat Biarritz di Prancis hingga Santiago. 

Rute ini dilalui oleh tiga rute utama Prancis: Voie de Tours, Voie de Vezelay, dan Voie  du Puy . Rute ini juga terhubung dengan Camino Aragones  (yang dilalui oleh Voie d”Arles, yang melintasi Pyrenees di Somport Pass), Camí  de Sant Jaume  dari Montserrat dekat Barcelona, ​​Ruta de Tunel dari Irun,  Camino Primitivo  dari Bilbao dan Oviedo, serta Camino de Levante dari Valencia dan Toledo.

Rute Spanyol lainnya adalah  Camino Inglés  dari Ferrol & A Coruña, Via de la Plata dari Seville dan Salamanca, dan Camino Portugues dari Oporto.

Jaringan ini mirip dengan sistem sungai – anak sungai kecil bergabung menjadi aliran air, dan aliran air bergabung menjadi sungai, yang sebagian besar bergabung menjadi Camino Francés. Selama abad pertengahan, orang-orang berjalan keluar dari pintu depan mereka dan mulai menuju Santiago, yang merupakan asal mula jaringan ini berkembang. 

Apalagi saat ini, perjalanan udara yang murah telah memungkinkan banyak orang untuk terbang ke titik awal mereka dan sering kali melakukan perjalanan yang berbeda dalam beberapa tahun berturut-turut. 

Beberapa orang berangkat di Camino untuk alasan spiritual; yang lain menemukan alasan spiritual di sepanjang Jalan saat mereka bertemu dengan peziarah lain, menghadiri misa peziarah di gereja-gereja, biara-biara, dan katedral sepanjang perjalanan, dan melihat infrastruktur bangunan yang luas yang disediakan bagi para peziarah selama berabad-abad.
 
Jika ziara Camino de Santiago diyakini memiliki perjalanan spiritual—dan nampaknya juga ini menjadi bagian penting dari acara ini—itu karena Camino de Compostela diyakini sebagai tempat peristirahatan terakhir Santiago Apostol atau Santo Yakobus. Menurut M.R. Reese di laman Ancient Origins, Santo Yakobus adalah salah satu dari dua belas Rasul Yesus. Secara tradisional dianggap sebagai rasul pertama yang menjadi martir.
 
Dilansir National Geographic., disebutkan dalam sejarah bahwa setelah kematiannya, Santo Yakobus dibawa ke Santiago de Compostela dengan perahu. 

Pada 814 Masehi, Pelayo, seorang pertapa, sedang mengikuti bintang penuntun ketika dikatakan telah menemukan makam sang santo. Setelah menemukan tulang-tulang Santo Yakobus, Raja Alfonso II memerintahkan agar sebuah katederal didirikan di tempat makam itu berada.
 
Mengutip pygmy-elephant.com, sejarah Camino de Santiago yang terverifikasi dimulai pada awal abad ke-9. Saat itu, seorang pertapa Galicia setempat bernama Pelayo (Pelagius) mengaku melihat hamparan bintang yang tidak biasa di langit malam yang mengarahkannya ke arah tempat peristirahatan terakhir Santo Yakobus dan dua muridnya. Pelagius melaporkan penemuan makam Santiago kepada uskup setempat bernama Theodomir. Theodomir menyatakan dengan pasti bahwa sisa-sisa tulang itu memang milik Santo Yakobus dan ia segera menyampaikan penemuan itu kepada Raja Asturias, Alphonso II.  
 
Raja Alphonso II menyatakan bahwa Santiago akan menjadi santo pelindung negara yang kemudian menjadi negara Spanyol. Dia menugaskan pembangunan sebuah kota yang diberinama Campus de Ia Stella (Lapangan Bintang) di mana sebuah biara kecil dibangun.
 
Segera setelah makam Santiago ditemukan, para peziarah mulai berdatangan ke wilayah Galicia untuk menyaksikannya. Para pelancong awal ini menapaki jalan setapak yang mungkin sudah dijejaki selama berabad-abad oleh orang-orang yang mengembara di wilayah pesisir Spanyol. Pada tahun 899 Masehi, Alphonso III mendirikan basilica yang jauh lebih besar di lokasi makam St. james setelah gereja pertama dihancurkan oleh pasukan Moor.
 
Ziarah Camino de Santiago mengacu pada ziarah melintasi Spanyol yang dilakukan oleh jutaan pengikut agama dan petualang yang tertarik selama hampir dua ribu tahun. Perjalanan itu bisa dimulai dari beberapa titik, namun semua itu berakhir di suatu tempat: Katedral Santiago de Compostela yang terletak di Galicia, Spanyol, berdekatan dengan pantai Atlantik.
 
Menurut  pygmy-elephant.com, para peziarah awalnya mulai datang ke lokasi itu dari seluruh Eropa untuk menyaksikan makam rasul Saint James, putra Zebedee yang dikenal sebagai “Santiago” oleh umat Katolik Spanyol. Jenazah Santo Yakobus dikebumikan di lokasi ini beberapa saat setelah kematiannya yang tercatat pada tahun 4 Masehi. Berabad-abad kemudian, sebuah biara dan akhirnya sebuah katedral dibangun di lokasi pemakaman rasul Yakobus.
 
Oleh karena itu, sejarah Camino de Santiago dimulai hampir dua millennium yang lalu. Sejak saat itu, jutaan orang telah menapaki jalan suci yang berkelol-kelok melalui desa-desa dan kota-kota kecil di Spanyol menuju pantai Semenanjung Iberia. Meskipun banyak yang berubah di sepanjang jalan itu, perjalanan peziarah merasakan mirip seperti perjalanan peziarah masa lalu.
 
“Sebagai orang yang menyukai bepergian (traveling), saya sempat penasaran tentang cerita dan berita Camino de Santiago. Saya mencari informasi mengenai ziarah internasional itu dari kawan-kawan, sejawat hingga biro-biro perjalanan,” ujar Putu Suasta di Spanyol, Rabu (9/10).

Sampai kemudian pada 30 September – 20 Oktober 2022 akhirnya kesampaian niatnya untuk mengikuti Ziarah spiritual Camino de Santiago.
 
Ada sejumlah titik bagi peziarah untuk memulai perjalanannya. Peziarah bisa memilih dari Prancis atau Portugal dan beberapa titik yang lain. konon Camino Francis paling banyak diikuti peziarah. Tetapi tergantung juga kepada keinginan masing-masing peziarah mau rute yang mana diikuti. Karena setiap rute menawarkan geografi yang berbeda-beda. Jika misalnya ingin menikmati keindahan alam pegunungan Asturias, peziarah bisa memilih jalur Camino Primitivo. Sedangkan untuk Camino Portugues bisa dimulai dari kota Portugis Porto .
 
Suasta memilih perjalanan ziarah waktu itu dari Portugis Porto. Dari sini, saya menempuh jarak sekitar 170 km menuju Camino de Santiago. Sebetulnya jarak yang ditempuh masing-masih peziarah berbeda-beda tergantung dari titik mulainya. Ada bahkan titik mulainya harus menempuh jarak 200 km hingga 850 km. Tetapi saya melihat sendiri bahwa mereka tak mempersoalkan jarak tempuh. Yang tersirat dari mereka adalah tercapainya keinginan untuk mengikuti ziarah Camino de Santiago  dengan semua kemampuan dan pengorbanan dalam perjalanan. Perjalanan Camino kedua ini 30 Oktober 2024 saya lakukan start di Bilbao dan perjalanan dilakukan di Villalba-Baamonde-pedruzo-Santiago. 
 
“Ada kecamuk berbagai perasaan yang bergolak di hati saya. Antara sensasi spiritual, kultural dan keterharuan menyelimuti diri sepanjang jarak tempuh menuju Camino de Santiago,” imbuhnya. 

Berbagai pikiran memenuhi benaknya dalam ziarah suci ini, bersamaan dengan itu juga ada tekad kuat yang entah dari mana datangnya, mendorong untuk menyelesaikan jarak tempuh ratusan km ini. 

“Hampir tak dapat saya percayai diri saya sendiri bahwa saya sanggup menempuh jarak ratusan km. Bahkan tak pernah saya pikirkan bisa melakukan itu,” ungkapnya.
 
Sepanjang perjalanan disajikan alam pegunungan yang sejuk dipandang, menyaksikan dan melewati pemukiman tradisional desa-desa setempat, begitu juga kehidupan kota-kota kecil yang saya lewati memperlihatkan kehidupan yang damai. 

Belum lagi harus menembus hutan yang asri dan asli, belum tercemar oleh limbah sampah maupun deforestasi. Ada perasaan damai dan takjub mendapati pemandangan baru yang sama sekali asing bagi saya. Saya merasa, mengikuti ziarah Camino de Santiago memberi begitu banyak manfaat.
 
Ada berbagai macam orang dari seluruh dunia yang mengikuti ziarah Camino de Santiago ini. Mereka berasal dari berbagai profesi dan lintas agama. Perjalanan ziarah ini tidak hanya dari kalangan Katolik saja, tetapi juga dari kalangan umat lain, bahkan dari kaum tidak beragama juga. Pendeknya dari berbagai suku bangsa sejagat. 

Selain itu, ziarah ini tak menetapkan aturan baku untuk mengikutinya. Orang-orang diberi kebebasan untuk mengikutinya. “Saya bahkan melihat ada yang naik sepeda untuk mengikuti ziarah ini,” paparnya.
 
Kebebasan ekspresi menapaki perjalanan ziarah Camino de Santiago ini yang barangkali membuat ratusan ribu orang setiap tahun mengikutinya. Camino de Santiago adalah perjalanan di mana setiap orang seperti mendapatkan kembali kebebasan tanpa dogma-dogma dalam melakukan perjalanan spiritualitas/religiositasnya. 

Orang-orang boleh membawa keyakinan batinnya, harapannya dan barangkali juga hanya sekadar untuk keingintahuan saja.
 
Meski sejarah Camino de Santiago berlatar agama Katolik, dan juga awalnya kebanyakan acara ini memang ziarah keagamaan, namun lambat-laun ia berkembang seperti menjadi “milik dunia” melalui pintu pariwisata. 

Orang boleh mengikuti ziarah ini dengan beragam motivasi, yang penting semua bertujuan baik. Karena warga dunia menjadi peserta dalam kegiatan ini, maka Camino de Santiago langsung tak langsung memupuk solidaritas persahabatan global, mendukung dan menggalang tujuan-tujuan kebaikan demi mengurangi konflik global.
 
Suasta melihat dan merasakan langsung bahwa ziarah Camino de Santiago sungguh-sungguh merupakan ajang spiritual dan humanisme paling konkret yang pernah saya rasakan. Di sini, kita tak lagi merasakan sekat-sekat secara politis, ekonomi, budaya atau kebangsaan. 

“Di sini yang dapat saya rasakan ialah adanya keinginan untuk menjadi satu warga dunia yang menginginkan perdamaian, solidaritas global dan humanisme internasional,” ujarnya.
 
Selain menjadi perjalanan suci, Camino de Santiago juga sesungguhnya adalah harapan kepada umat manusia seluruh dunia menuju satu cita-cita kemanusiaan. 

Memang faktanya, pihaknya sendiri mendapatkan begitu banyak hal-hal yang  harapkan selama ini; pergaulan lintas benua, kebersamaan yang ikhlas, solidaritas yang tulus dan tentu saja spirit spiritualitas dan kultural. Camino de Santiago menjadi mungkin untuk pertama-tama membangun pergaulan internasional selain manfaat ziarah itu sendiri.
 
Bayangkan, setiap tahun ratusan ribu dari berbagai bangsa dan negara orang datang dan mengikuti ziarah Camino de Santiago ini. Itu bisa berarti banyak hal. “Saya sendiri mengalami, selain keutamaan ziarah, ada beberapa hal bisa terbangun dalam peristiwa ini. Terbangunnya hubungan pesahabatan global, silang wacana tentang budaya masing-masing, dan bahkan bukan tak mungkin peluang terbangunnya kerja sama bisa terjalin dalam bidang apapun,” paparnya.
 
Perjalanan melalui ratusan kilometer yang jika disadari betapa berat dan melelahkan itu menjadi suatu petualangan kultural dan spiritual mengingat orang-orang merasa tak sendirian, berjalan di berbagai suasana baru dan kebersamaan yang tulus dan penuh persaudaraan dengan orang dari berbagai bangsa. 

Camino de Santiago benar-benar memberi semua kebaikan dan kebebasan kemanusiaan yang diidam-idamkan umat manusia selama ini. Camino de Santiago menawarkan kepada setiap peziarah untuk melatih mental, kekuatan fisik dan kesadaran kemanusiaannya.
 
Suasta telah mengalami dan mendapatkan manfaat yang diberikan oleh ziarah Camino de Santiago. Pada bulan September – Oktober 2024 menjadi hari bersejarah karena akan mengulanginya kembali perjalanan spiritual. Melalui Vilalba Track, dari situ pihaknya akan menempuh perjalanan sepanjang 200 km menuju Katedral Santiago di Provinsi Galicia, Spanyol.

“Saya berangkat  sebagai peziarah lintas kultural dari Indonesia dengan teman – teman Valentino, Milda, Sapto, dan Aryawati. Perjalanan ini kalau dijumlahkan bisa mencapai sekitar 200 km. Setiap jalan dan sering hujan terus dan suhu bisa sampai 11 derajat selsius,” tuturnya.

Spanyol adalah negeri dengan watak penjelajah dari masa dari masa 1000 tahun yang lalu, bangsa yang berani, ulet dan tangguh. Lihat dan baca saja sejarah dunia mereka menaklukkan Amerika Latin sebagian Asia, Filipina, Afrika dll. Bahkan Spanyol pernah menjajah Indonesia.

Untuk itu, Spanyol sebagai salah satu imperium terbesar dalam sejarah dan salah satu imperium global pertama.

Bahasa Spanyol dan Gereja Katolik Roma dibawa ke Amerika dan Hindia Timur Spanyol (Negara Federasi Mikronesia, Guam, Kepulauan Mariana, Palau dan Filipina) oleh penjajah Spanyol yang bermula pada abad ke-15. 

Bersama dengan Imperium Portugis, Imperium Spanyol meletakkan dasar bagi pembangunan perdagangan global dengan membuka jalur perdagangan lintas samudera besar. 

Hukum internasional modern berakar dari ekspansi koloni Spanyol dan juga pengalaman buruk akan penjajahan. 

Memunculkan Budaya Hispanik di hampir seluruh bekas koloninya, bahkan Bahasa Spanyol masuk dalam bahasa Resmi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Pada abad ke-15 dan 16, Spanyol adalah pusat eksplorasi global, ekspansi kolonial, dan pembukaan jalur perdagangan seberang lautan di Eropa, dengan perdagangan melintasi Samudera Atlantik antara Spanyol dan Amerika dan sepanjang Samudera Pasifik antara Asia-Pasifik dan Meksiko melalui Filipina. 

Para penjelajah Spanyol menghancurkan peradaban Aztek, Maya, Inka dan banyak menguasai daerah di Amerika Utara dan Selatan.

Namun penduduk desanya hangat dan ramah selama melakukan perjalanan Camino de Santiago.

“Kami peziarah dalam perjalanannya sering diberi air, anggur buah apel, Kami tentu akan selesaikan perjalanan ini sampai akhir Oktober 2024,” tutup Suasta sekaligus berharap semoga membawa manfaat spiritualitas, kesadaran kemanusiaan dan solidaritas sosial secara global, Buen Camino. (hd)

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *