Badung – baliwananews.com | Umat Hindu percaya bahwa tubuh fisik tidak memiliki tujuan, dan karena itu tidak perlu diawetkan. Mereka memilih untuk mengkremasi orang yang mereka cintai karena mereka percaya itu adalah cara tercepat untuk melepaskan jiwa dan membantu reinkarnasi.
Hal tersebut dikemukakan Dr. Drs. I Nyoman Sarjana, Mikom. Ketua PHDI Kecamatan Kuta saat proses Kremasi Jenazah Mark Spilkowitz di mumbul, 1 agustus 2024. Atas permintaan istri dan keluarga warga negara asal Amerika yang meninggal karena sakit tersebut kemudian abu jasadnya dilarung kelaut lepas.
Nyoman Sarjana yang sudah berkawan sejak tahun 1980 merasa bertanggung jawab untuk memenuhi permintaan keluarga agar prosesi kematiannya dilaksanakan dengan cara Hindu.
Sarjana lalu berkoordinasi dengan ketua PHDI Badung DR.gde rudia adiputra dan beliau kemudian meminta PSN (Pinandita Sanggraha Nusantara) Kuta selatan Jro Mangku Topan untuk menyiapkan sarana upakara dan juga melaksanakan upacara dimaksud.
Acara diawali dengan upacara Matur Piuning/ Mapakeling di Pura Prajapati yang ada di krematorium. Setelah selesai acara di krematorium abu jenazah di bawa dan ke Pantai Legian.
Pantai legian tempat yg paling disenangi oleh almarhum dan juga banyak teman temannya Mark yang menetap di Legian.
“Dipilihnya proses kremasi selain dikarenakan oleh keinginan keluarga kemungkinan juga dengan alternatif kremasi dirasakan lebih simpel dan praktis,” kata Nyoman Sarjana.
Namun menurutnya, meskipun prosesi Kremasi dikenal sebagai proses pembakaran jenazah. Proses ini tidak boleh sembarangan, karena ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan, seperti pengaturan suhu hingga durasi proses kremasi berlangsung.
Hari ini tgl 2 agustus 2024
Akan diadakan makan bersama dan menanam pohon di bali house rumah sarjan.
Dan Sarjana menyampaikan bahwa dirinya berharap setiap tahun sekali berkumpul di bali house tiap bulan agustus. Dikarenakan anak-anaknya berada di Amerika dan australia serta temannya atau beberapa mantan pegawainya ada di Malaysia. (hd/sarjana)