‘Wabah’ Pneumonia Merajarela di China, Indonesia Bagaimana?

banner 468x60

Denpasar (Baliwananews.com) – China alami gelombang penyakit pernapasan di musim dingin mengikuti pemberhentian lockdown. Sampai kini belum ada informasi pasti mengenai penyebab dari gelombang pneumonia ini, tetapi kawan-kawan di Indonesia belum perlu khawatir karena lokasi penyakit, serta peluang untuk menjadi wabah masih sangat kecil.

Saat China mengalami musim dingin pertamanya tanpa pembatasan COVID-19 yang ketat sejak pecahnya pandemi tiga tahun lalu, gelombang penyakit pernapasan melanda negara tersebut.

Peningkatan kasus yang tidak biasa ini telah mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mendorong China memberikan informasi tambahan tentang wabah ini dan mencari langkah respons yang ditingkatkan. Meskipun penyebab dari tren ini tidak jelas, beberapa ahli kesehatan mengaitkannya dengan efek umum dan sementara dari mengangkat pembatasan lockdown. Namun, pertanyaan yang belum terjawab seputar infeksi dan penyebarannya telah membuat orang lain menarik paralel dengan awal pandemi.

So far, gimana informasi yang tersedia?
Pada 13 November, Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan peningkatan penyakit pernapasan dalam sebuah konferensi pers. Pada hari Minggu setelahnya, Program for Monitoring Emerging Diseases (ProMED) melaporkan adanya klaster pneumonia tidak terdiagnosis pada anak-anak di utara China. ProMED sendiri adalah adalah sistem pengawasan yang melakukan pelaporan global terhadap wabah penyakit menular. Belum jelas apakah laporan ini dan informasi dari konferensi pers yang ada berhubungan atau tidak.

Menurut laporan ProMED, infeksi telah berkembang di Beijing dan Kota Liaoning di timur laut negara tersebut, yang berjarak 800km (500 mil). Pada hari Rabu, WHO meminta China untuk merilis informasi tentang wabah terkini, termasuk “informasi epidemiologis dan klinis tambahan, serta hasil laboratorium dari klaster yang dilaporkan ini pada anak-anak”.

Sekolah di Beijing juga melaporkan tingkat absen yang tinggi, bahkan sudah diberlakukan pemberhentian seluruh kelas setidaknya selama seminggu jika beberapa siswa sakit, serta memperingatkan orangtua untuk lebih berhati-hati. Pejabat kesehatan juga khawatir bahwa musim dingin akan memperparah penyebaran infeksi setelah peringatan dari otoritas cuaca nasional China bahwa, mulai hari Kamis, suhu dingin di negara tersebut akan turun lebih jauh.

Bagaimana bisa pneumonia ini menyebar lagi di China?
Penyebab penyebaran pneumonia di China disangkutkan dengan menghilangnya pembatasan COVID-19, sebut otoritas dari Komisi Kesehatan Nasional China kepada . Para ahli kesehatan juga setuju bahwa ini bisa menjadi alasan, serupa dengan “gelombang keluar dari lockdown” yang terjadi di negara-negara seperti Inggris pada tahun-tahun sebelumnya.

China mungkin sedang menghadapi “utang kekebalan” setelah lockdown selama hampir tiga tahun, “yang secara drastis mengurangi peredaran kuman pernapasan dan sebagai hasil menurunkan kekebalan terhadap kuman endemik,” kata Francois Belloux, direktur Institut Genetika University College London, dalam pernyataan yang diposting di X.

Otoritas China mencantumkan mycoplasma sebagai salah satu patogen yang beredar bersama dengan virus sinkisium pernapasan (RSV) dan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19. WHO telah meminta China untuk melengkapi informasi tentang pola terbaru dari mikroorganisme ini.

Sementara ini, keberadaan patogen baru masih baru merupakan dugaan sampai lebih banyak informasi tersedia, wabah ini juga bisa disebabkan oleh “patogen yang sudah ada tetapi mengalami mutasi baru dengan karakteristik dan tingkat keparahan yang bervariasi,” kata Laith Abu-Raddad, profesor kebijakan kesehatan dan penelitian di Weill Cornell Medicine di Qatar.

Apa artinya untuk kita semua?
Abu Raddad mencatat bahwa kejadian pada anak-anak bisa menunjukkan bahwa individu yang lebih tua memiliki beberapa kekebalan terhadap patogen yang merajalela, mungkin RSV, sehingga kemungkinan mereka tidak perlu khawatir berlebihan dengan vaksin yang tersedian dan antibodi yang dimiliki.

Pada sebuah konferensi pers, otoritas China menyatakan perlunya meningkatkan pengawasan penyakit dan memperkuat kapasitas sistem kesehatan. WHO dan staf medis di China juga menyarankan agar masyarakat menerapkan praktik-praktik dari era pandemi COVID-19 lalu, misalnya mencuci tangan dengan ketat, menggunakan masker, dan menjaga jarak sosial.

Untuk kita semua di Indonesia, nampaknya belum perlu khawatir karena sampai kini kasus ini masih terisolasi di negeri bambu tersebut. Cukuplah untuk kita semua untuk menjaga kebersihan dan kesehatan, serta stay updated mengenai perkembangan dari penyakit ini.(hd)

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *