Ramai Tagar #KaburAjaDulu, Soroti Hasrat Anak Muda Indonesia Cari Peluang Kerja di Luar Negeri
Denpasar – baliwananews.com |Tagar ini viral akibat sulitnya pekerjaan, gaji rendah, dan kebijakan pemerintah. Kak Seto menyoroti potensi brain drain. Fenomena ini jadi alarm bagi pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi.
Tagar #KaburAjaDulu ramai dibicarakan di media sosial, mencerminkan keinginan banyak anak muda Indonesia untuk mencari peluang hidup lebih baik di luar negeri. Fenomena ini muncul sebagai respons terhadap masalah ekonomi, kebijakan pemerintah, dan harapan akan kualitas hidup yang lebih baik.
Tagar ini pertama kali muncul pada 8 Januari 2025 dan viral setelah diangkat oleh beberapa akun Twitter. Menurut data Drone Emprit, tagar ini banyak digunakan oleh anak muda berusia 19-29 tahun. Faktor pendorongnya antara lain sulitnya mencari pekerjaan layak, gaji rendah, pemangkasan anggaran di sektor penting seperti pendidikan dan kesehatan, serta ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak konsisten. Banyak anak muda merasa bahwa kualitas hidup di Indonesia tidak memadai, sehingga mereka berharap bisa mendapatkan peluang yang lebih baik di luar negeri.
Menanggapi fenomena ini, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) melalui Direktur Perlindungan WNI dan BHI Judha Nugraha mengingatkan masyarakat untuk selalu mengikuti prosedur yang aman dan legal jika ingin bekerja atau tinggal di luar negeri.
“Di media sosial banyak dorongan untuk pergi ke luar negeri, tetapi jika dilakukan tanpa prosedur yang aman, justru bisa berujung pada kasus online scam atau perdagangan manusia,” kata ujar Judha dalam keterangan resminya, pada Kamis, 13 Februari 2025. Judha juga memperingatkan tentang maraknya perusahaan ilegal yang menawarkan pekerjaan di luar negeri tanpa visa kerja atau kontrak yang jelas
Fenomena #KaburAjaDulu memiliki dampak positif dan negatif. Di satu sisi, tagar ini mendorong anak muda untuk mencari peluang dan pengalaman hidup yang lebih baik di luar negeri. Banyak yang berharap bisa mengembangkan potensi diri dan suatu saat kembali ke Indonesia dengan pengetahuan baru.
Namun, di sisi lain, fenomena ini juga menimbulkan kekhawatiran akan brain drain, di mana Indonesia kehilangan sumber daya manusia berkualitas. Selain itu, ada risiko eksploitasi dan perdagangan manusia bagi mereka yang tidak mengikuti prosedur yang aman.
Psikolog Anak Seto Mulyadi (Kak Seto) mengaitkan fenomena ini dengan istilah brain drain. “Kasus-kasus fenomena kaburnya para intelektual, tokoh-tokoh muda yang energik yang kreatif tapi tidak mendapatkan tempat untuk berkembang” ujar Kak Seto. Namun, dia optimis bahwa banyak dari mereka akan kembali ke tanah air setelah mengembangkan diri di luar negeri.
Fenomena #KaburAjaDulu ini mencerminkan keresahan anak muda terhadap kondisi dalam negeri. Pemerintah perlu menanggapi serius dengan memperbaiki kebijakan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan agar generasi muda tidak memilih untuk “kabur”. Jika tidak, Indonesia berisiko kehilangan generasi muda yang berkualitas. (hd)