Denpasar – baliwananews.com | Tidak tertatanya pengelolaan sampah dan naiknya tingkat kriminalitas kota serta tumpang tindihnya penggunaan trotoar dengan pemakai jalan menandakan bahwa Denpasar sedang tidak baik-baik saja.
Hal tersebut dikemukakan oleh mantan Gubernur Bali, Mangku Pastikadi kediamannya, Rabu (2/10/2024).
“Mestinya sebagai pemimpin datang berkunjung ke tempat-tempat warga setiap pagi untuk menanyakan segala permasalahannya, jadi ada dialog interaktif antara pemimpin dengan warganya bukan selalu dengan acara formal dengan membawa serta dayang-dayang pengikutnya tanpa berusaha mendengar keluhan warganya,” tutur Mangku Pastika.
Mangku Pastika mengingatkan bahwa Denpasar harus dipimpin oleh walikota yang peka terhadap permasalahan yang terjadi di wilayahnya atau melakukan introspeksi mengenai keadaan kota. Karena sebagian besar masyarakat mengungkapkan bahwa kota Denpasar saat ini sudah tidak aman, kurang nyaman, semrawut kemacetannya, dan kotor.
Mantan gubernur Bali itu merasa semakin banyak berita yang menunjukkan adanya masalah seperti tingkat keamanan yang menurun, kenyamanan yang terganggu, serta masalah kebersihan, termasuk penumpukan sampah.
“Saya kira saya merasa banyak kita mendengar berita berita mulai tidak aman dan tidak nyaman, tidak bersih, sampah-sampah bertimbun,” ujarnya.
Mangku Pastika juga menyoroti masalah kemacetan yang semakin parah, yang menurutnya menjadi salah satu faktor utama ketidaknyamanan di Denpasar. Ia menyebut beberapa wilayah, seperti Sesetan, yang dinilai kumuh dan dipenuhi oleh pedagang yang tidak teratur, sehingga menambah ketidaknyamanan.
Ia juga menyoroti kondisi infrastruktur kota, seperti kabel-kabel listrik yang berantakan, menyerupai mie keriting atau spaghetti, yang semakin merusak keindahan wajah kota Denpasar.
“Nggak nyaman kenapa? macet di mana-mana. Dan tidak indah karena banyak yang kumuh. Misalnya kita jalan di Sesetan itu ya, nyaman nggak sih, Nggak. Kumuh. Penuh dengan pedagang pedagang yang tidak jelas. Itu juga misalnya kabel-kabel yang semerawut di mana mana seperti Supermi itu, seperti spaghetti,” kritiknya.
Selain itu, Pastika mengingatkan masalah pengelolaan sampah, khususnya terkait Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), yang menurutnya pernah ia prediksi akan mengalami masalah seperti PT NOEI.
Ia menyesalkan keputusan untuk menghentikan operasi TPST tanpa mencari solusi terlebih dahulu. Menurutnya, masalah seperti ini seharusnya segera dicari solusinya agar kota tidak semakin kumuh dan tidak nyaman bagi warganya.
“Apalagi saya dengar dulu saya pernah berkunjung ke tempat TPST itu kan saya bilang ini sebentar lagi nasibnya sama dengan PT NOEI. Ya betul, sekarang diputus. Kan Mestinya ditengok sana. Masak enggak ada solusi. Sekarang kemana dibuang sampah itu, dibawa urus kemana. Persoalan ini harus ada solusi segera. Bukan apa apa ya, nggak nyaman,” pungkasnya. (hd)