Denpasar (Baliwananews.com) – Keracunan massal MBG di Bandung Barat menelan 1.333 korban. Pemerintah menutup sementara dapur SPPG bermasalah, mengevaluasi kualitas bahan baku dan sanitasi, serta menjamin biaya perawatan korban untuk mencegah insiden serupa di masa depan.
Kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, menuai perhatian nasional. Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik S Deyang, menyebut insiden ini di luar nalar karena bahan baku tidak fresh. Ia mengungkap, ayam yang menjadi lauk dibeli pada Sabtu namun baru dimasak pada Rabu, sehingga kualitas pangan dipertanyakan. “Saya tidak mentolerir bahan baku yang tidak segar. Bagaimana bisa ayam dibeli Sabtu, dimasak Rabu?” ujar Nanik di Gedung BGN, Jakarta, Jumat (26/9/2025).
Data Dinas Kesehatan Bandung Barat mencatat 1.333 korban keracunan dari tiga kejadian berbeda di Cipongkor dan Cihampelas. Korban sebagian besar pelajar SD hingga SMA/SMK, mengalami gejala mual, pusing, hingga sesak napas. Kasus terbaru mencatat 730 korban hanya dalam sehari.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menutup sementara Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bermasalah. “SPPG yang bermasalah ditutup untuk sementara, dilakukan evaluasi dan investigasi,” kata Zulhas dalam Konferensi Pers Penanggulangan Kejadian Luar Biasa di Jakarta, Minggu (28/9/2025). Evaluasi akan mencakup kedisiplinan, kualitas, hingga kemampuan juru masak. Seluruh SPPG di Indonesia diwajibkan memperbaiki sanitasi, mensterilisasi alat makan, serta memastikan kualitas air dan alur limbah.
Presiden Prabowo Subianto turut memanggil Kepala BGN untuk meminta penjelasan. Dari laporan, terdapat 9.615 SPPG yang telah beroperasi melayani 31 juta penerima. Pemerintah memastikan seluruh biaya perawatan korban ditanggung penuh dan berkomitmen memperketat pengawasan agar kejadian serupa tidak terulang.