Denpasar (Baliwananews.com) – Kasus HIV di Papua sangat tinggi, bahkan tertinggi di Indonesia, dengan jumlah kasus terus bertambah di berbagai daerah, terutama di Provinsi Papua Tengah dan Papua. Faktor utama penularan adalah melalui hubungan seksual tidak aman, diikuti penularan dari ibu ke anak, serta penggunaan jarum suntik dan transfusi darah secara bergantian. Penyakit ini juga memengaruhi kelompok usia produktif dan memerlukan penanganan serius, seperti peningkatan kesadaran masyarakat, deteksi dini, serta kepatuhan berobat menggunakan Terapi Antiretroviral (ARV) untuk menghambat penularan virus. Seperti dilansir dari Kompas.com (16/10).
Ditemukan 269 Positif dengan 65 Ibu Hamil. Penanggung jawab program HIV/PIMS Dinkes Manokwari Everdina Yuliana Wanggai di Manokwari, Kamis kemarin (16/10/2025) mengatakan, penemuan kasus tersebut merupakan hasil dari pemeriksaan terhadap 4.901 warga.
“Kalau dari Januari sampai September 2025, ada 4.901 yang dites, dan yang positif itu ada 269. Data ini tidak bisa langsung disebut peningkatan karena bersifat dinamis,” kata dia.
Ia mengatakan, penemuan kasus baru HIV di Manokwari merupakan hasil dari upaya deteksi dini mengingat ancaman yang semakin meluas di masyarakat. 5.000 Kamera ETLE Siap Beroperasi di Seluruh Indonesia pada 2027 Kasus Terus Meningkat,
“Kalau pemeriksaannya banyak, tentu temuan juga banyak. Tapi kalau sedikit yang diperiksa, maka temuan juga sedikit. Jadi angka kasus ini tidak bisa langsung disimpulkan naik atau turun,” ujar dia lagi. Menurut dia, hal yang paling penting saat ini adalah memastikan masyarakat yang belum melakukan pemeriksaan agar segera datang ke fasilitas kesehatan untuk melakukan tes HIV.
“Imbauan kami bagi yang belum diperiksa agar segera datang ke puskesmas. Sedangkan bagi yang sudah terdeteksi positif, harus patuh menjalani pengobatan karena ada solusi yaitu dengan rutin minum obat,” kata Everdina.
Dinas Kesehatan Manokwari terus memperkuat layanan pemeriksaan dan pengobatan melalui puskesmas dan rumah sakit, termasuk dengan menambah layanan PDP (pengobatan dan pendampingan pasien) agar penanganan dapat dilakukan lebih dekat dengan masyarakat.
Ia menambahkan, tingkat kasus HIV di Manokwari tidak dapat langsung dikategorikan tinggi atau rendah karena penyakit ini memiliki periode laten yang panjang. “Yang bisa kami katakan adalah kasus telah ditemukan dan kami terus berupaya mencapai indikator eliminasi sesuai target nasional,” ujarnya.
Sejalan dengan kondisi tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari telah menyiapkan 12 fasilitas kesehatan (faskes) untuk memperkuat upaya pencegahan penularan penyakit menular dari ibu ke bayi. Tak hanya untuk kasus HIV, tapi pun sifilis, dan Hepatitis B. Everdina mengatakan, 12 faskes tersebut terdiri dari enam puskesmas di wilayah kota, empat rumah sakit, serta dua puskesmas di daerah pinggiran yaitu Puskesmas Mansinam dan Puskesmas Sidey.
“Kita memberikan pelatihan agar tenaga kesehatan dapat memberikan penanganan sesuai standar dan tata laksana yang tepat, terutama dalam mencegah penularan penyakit dari ibu ke bayi,” ujar Everdina.
Puskesmas yang dilibatkan juga disiapkan menjadi Puskesmas Pengobatan dan Pendampingan (PDP) agar mampu menangani pasien positif tanpa harus dirujuk ke rumah sakit.
Tertinggi Harapannya, ketika ada ibu hamil yang terdeteksi positif HIV atau penyakit menular lainnya, tidak lagi harus dirujuk ke rumah sakit, namun bisa ditangani langsung di puskesmas.










