Catatan Jurnalistik, Amor Ing Acintya, Dalami Esensi ‘Kehidupan setelah Kematian’

banner 468x60

Denpasar – baliwananews.com | Peluncuran Buku “Catatan Jurnalistik, Amor Ing Acintya, Kehidupan setelah Kematian” menjadi torehan karya dari Ngurah Wisnu setelah berjibaku memetakan persoalan ‘Proses Kematian dalam kepercayaan yang dianutnya nama lengkap dari I Gusti Ngurah Wisnu Wardana yang hampir 50 tahun bergelut dalam profesi jurnalis. Dalam acara bertajuk ‘Bedah Buku, Sembari Nyerumput Kopi’ di warung Kubu Kopi di Denpasar

I Gusti Ngurah Wisnu Wardana yang juga Ketua Yayasan Tri Hita Karana Bali yang menulis buku ini mengaku sembari mengisi hari tua, “Sebab profesi jurnalis tidak mengenal kata pensiun,” katanya.

Ia sangat percaya bahwa umur manusia hanya tiga hari yaitu kemarin; hari ini dan hari esok. “Kemarin adalah kenangan; hari ini kenyataan; dan hari esok adalah harapan,” katanya sambil menambahkan, “Meskipun terbilang cuma tiga hari, maka apapun aktivitas yang dilakukan oleh seorang jurnalis tidak akan pernah tuntas hingga ke liang lahat”.

Pasca menulis Buku “Catatan Jurnalistik, Mencari Kitab Suci” karyanya pada tahun kemarin 2023, maka kali ini dirasakan tepat waktu ‘Hari Baik’ nya untuk merilis Buku “Catatan Jurnalistik Amor Ing Acintya, Kehidupan setelah Kematian” untuk selanjutnya merampungkan Buku “Catatan Jurnalistik: Goa Gajah-Bali Setara Kampus Oxford-Inggris” di waktu mendatang.

Seluruh karya Catatan Jurnalistiknya, mengisahkan catatan kebudayaan (nusantara, khususnya Bali) yang berbau spiritual. Seperti buku Mencari Kitab Suci yang mengisahkan bahwa sejatinya kitab suci bangsa Indonesia itu ada dalam diri-sendiri yaitu bagaimana kita bertfikir, berkata dan berbuat yang positif.

Bahkan budaya ‘sesajen’ yang dilakukan sehari-hari oleh nenek moyang bangsa ini, ternyata dapat dibuktikan secara ilmiah (dengan teori Kimia Nano) dimana bunga mampu memancarkan aura positif bagi lingkungannya. Mungkin itu sebabnya, pulau Bali sering mendapat kunjungan dari orang-orang suci seperti Dalai Lama dan tokoh lainnya, termasuk Raja Salman (raja Arab Suadi) yang memperpanjang masa liburannya di Bali.

Kemudian buku Amor ing Acintya menggambarkan bahwa orang luar melihat upacara kematian di Bali bagaikan sebuah pesta-pora. “In Bali, even funeral is a joyful festival,” tulis sebuah koran pariwisata yang terbit di kota Quebec (Kanada).

Dalam buku “Goa Gajah-Bali Setara Kampus Ofxord-Inggris”, Ngurah Wisnu ingin membandingkan bahwa situs Goa Gajah mampu menyaingi situs Kampus Oxford-Inggris setelah ia melihat 6 lokasi syuting film Harry Potter di Inggris.

“Untuk belajar ‘sakti-mandraguna’ (mampu terbang) seperti yang dilakoni tokoh Harry Potter dan kawan-kawan, ternyata situs Goa Gajah jauh lebih unggul. Di sekitarnya ada Goa Garba yang dijadikan ‘kampus’ (melakukan tapa/meditasi) oleh mahapatih Kebo Iwa. Lewat ‘kuliah’ dan pertapaannya, ia memiliki kesaktian dan ilmu Kanuragan yang tinggi,” kata Ngurah Wisnu dengan harapan (hari esok) agar bukunya terbit awal tahun 2025. (hd)

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *