Trump Melunak, Kutipan Pajak Tiongkok-AS 30 %

banner 468x60

Denpasar – baliwananews.com | Amerika Serikat dan Tiongkok sepakat memangkas tarif selama 90 hari, meredakan perang dagang. AS menurunkan tarif ke 30%, Tiongkok ke 10%. Meski pasar merespons positif, kesepakatan ini belum menyelesaikan isu struktural utama.

Amerika Serikat dan Tiongkok sepakat memangkas tarif tinggi selama 90 hari setelah mencapai gencatan senjata dalam perang dagang yang telah mengguncang pasar global dan rantai pasok internasional. Kesepakatan ini diumumkan usai pertemuan penting di Jenewa, di mana kedua negara menyatakan komitmen terhadap hubungan dagang yang berkelanjutan dan saling menguntungkan.

Di bawah kesepakatan ini, tarif AS terhadap produk Tiongkok diturunkan dari setinggi 145% menjadi 30%, sementara Tiongkok memangkas tarifnya terhadap barang-barang AS dari 125% menjadi 10%. Pengurangan tarif ini menjadi bentuk de-eskalasi terbesar sejak perang dagang dimulai oleh Presiden Donald Trump pada April lalu.

Presiden Trump menyebut kesepakatan ini sebagai “peta jalan menuju kesepakatan dagang yang sangat kuat” dan menyatakan bahwa pembukaan pasar Tiongkok bagi perusahaan AS menjadi poin paling menggembirakan. Ia juga mengklaim berhasil melakukan “reset total” dalam hubungan ekonomi bilateral.

Di sisi lain, Tiongkok menyambut baik kesepakatan ini. Presiden Xi Jinping menyampaikan bahwa tidak ada pihak yang menang dalam perang tarif, dan bahwa Tiongkok tetap menjadi pendukung globalisasi. Tiongkok juga sepakat untuk menangguhkan sejumlah langkah non-tarif seperti pembatasan terhadap perusahaan-perusahaan AS di sektor pertahanan dan teknologi.

Namun, kesepakatan ini tidak menyentuh sejumlah isu utama, termasuk surplus dagang besar Tiongkok terhadap AS dan tudingan manipulasi nilai tukar yuan. Sementara itu, tarif tambahan terkait fentanyl—zat opioid yang memicu ketegangan antara kedua negara—masih tetap diberlakukan oleh AS.

Pengamat menilai bahwa AS terlihat lebih banyak mengalah. Menurut ekonom Piergiuseppe Fortunato, ekonomi AS yang lebih bergantung pada Tiongkok dan sedang menghadapi risiko resesi mendorong Washington untuk segera mencapai kesepakatan. Di sisi lain, ekspor Tiongkok meningkat dan negara itu telah berhasil mendiversifikasi tujuan ekspornya ke Asia Tenggara dan Eropa.

Meskipun pasar saham merespons positif, termasuk kenaikan 4,3% pada Nasdaq, para analis memperingatkan bahwa risiko eskalasi ulang tetap tinggi setelah 90 hari. Pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa negosiasi panjang tidak selalu berakhir dengan hasil permanen, seperti yang terjadi setelah kesepakatan “Fase Satu” pada 2020 yang tidak sepenuhnya dipatuhi Tiongkok.

Ke depan, tarif dapat tetap berada pada kisaran 15–20%, jauh lebih tinggi dibanding sebelum perang dagang dimulai pada 2018. Walau kesepakatan ini memberi jeda penting bagi kedua ekonomi, ketegangan struktural dan ketidakpastian dalam hubungan dagang AS-Tiongkok tampaknya masih akan terus berlanjut. (hd)

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *