Karangasem (Baliwananews.com) – Dengan dipimpin oleh Kelihan Hyang Panca Kerti (HPK) yang baru Kadek Citarsa dengan mengajak seluruh warga untuk tangkil ke Pura Sila Yukti dan Pura Lempuyang Karangasem Bali. Sebanyak 100 lebih warga yang turut dalam tirta yatra kali ini.
Setelah mengadakan ngaben masal dilegian dimana banyak warga HPK yang ikut dalam upacara Ngaben maupun Nyekah massal baru baru ini.
Kegiatan Tirtayatra yang dilaksanakan oleh rombongan Sekehe Hyang Panca Kerti (HPK) merupakan suatu kegiatan keagamaan untuk meningkatkan kehidupan spiritual (kerohanian) dengan cara mengunjungi tempat-tempat suci kemudian melakukan persembahyangan di tempat tersebut dan kembalinya membawa air suci.
Tirtayatra dalam bahasa sehari-hari di Bali dipahami dengan Tangkil ke pura-pura. Pura atau tempat suci di Bali sengaja dibangun oleh para pendahulu kita tempat-tempat yang mampu memberikan pancaran atau getaran spiritual. Atau tempat-tempat yang mampu membangkitkan aura dan vibrasi kesucian, serta ketenangan jiwa.
Tempat yang mendukung konsentrasi untuk melakukan pemujaan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Keutamaan Tirtayatra tertulis dalam kitab Sarasamuscaya sebagai berikut : “Keutamaan tirtayatra itu amat suci, lebih utama dari pensucian dengan yadnya jadi tirtayatra adalah perjalanan suci untuk mendapatkan atau memperoleh air suci.
Dr. Drs. I Nyoman Sarjana MIkom. selaku penglingsir HPK yang ikut dalam rombongan melihat sesuatu yang terasa janggal dalam perjalanan ini ketika rombongan melihat pengumuman di pintu masuk Pura Lempuyang terdapat tulisan “Bagi Pemedek Yang Akan Tangkil Dilarang Memakan Daging Babi Di Areal Pura Lempuyang Madia”.
Sejenak ia bertanya-tanya dalam hati apakah maksud yang tersirat dari pengumuman tersebut. Setelah ditanyakan kepada pemangku yang di ada di Pura yang menjelaskan bahwa hal itu adalah Dresta.
Mungkin ini adalah bagian dari sebuah toleransi, pikir sarjana, dikarenakan Pura Lempuyang banyak dikunjungi oleh banyak orang dan dari agama lain.
Keutamaan Tirtayatra tertulis dalam kitab Sarasamuscaya sebagai berikut : “Tirtayatra itu amat suci, lebih utama dari pensucian dengan yadnya jadi tirtayatra adalah perjalanan suci untuk mendapatkan atau memperoleh air suci.
Dalam tirta yatra kali ini rombongan mepunia dana dan buku Kidung Sane Kepipil oleh pemangku HPK I Wayan widana (alm). Sarjana juga mepunia masing-masing pura 2 buku, Dharma Tula dan buku Yadnya Non Upakara. (hd)