Oleh I Made Somya Putra, SH.MH
Bangli (Baliwananews.com) – Perpolitikan saat ini cenderung masih didominasi oleh dokrin-dokrin elit yqng bersifat negatif dan ‘black campaign’ yang menurut saya akan mengkristal menjadi jurang perbedaan dan bahkan lebih masif bisa menebar kebencian. Gagasan dan ide akan tertutupi dengan narasi-narasi yang selalu mengagungkan pilihannya serta berpotensi mejelek-jelekan lawan.
Politik uang dimainkan dengan memakai pola instrumen kekuasaan bahkan biasanya berkedok hibah, sumbangan-sumbangan, yang diberikan kepada kelompok-kelompok tertentu, bahkan ketempat-tempat persembahyang dengan mentraksasikan suara umat melalui komitmen uang yang diberikan baik berbentuk hibah bangunan maupun berupa tunai.
Selain itu, perlu diperhatikan bahwa politik mengagungkan pilihannya secara berlebihan telah membuat yang terpilih mengaku sebagai ‘murdaning jagat’ padahal ia hanyalah pengayah, ada sisi keegoan yang timbul karena merasa “murdaning jagat” yang menyebabkan jika berbeda pilihan maka yang lain adalah lawan.
Bagi saya itu sudah harus ditinggalkan.
Dimata saya, politik yang ideal sekarang adalah :
1. Menyadarkan diri dan memilih bahwa politik itu adalah jalan untuk NGAYAH, artinya penundukan diri sebagai mahluk Tuhan baik sekala dan niskala semata hanya untuk kesejahteraan rakyat
2. Menyadarkan diri atau menyadari bahwa semua kelompok politik walaupun berbeda adalah saudara. Adalah wajar pilihan itu berbeda, karena setiap calon akan memiliki gagasan dan ide yang berbeda-beda.
3. Menyadarkan diri atau menyadari bahwa politik itu harus menuju nilai kebersatuan untuk nantinya bekerjasama dalam pembangunan tanpa melihat warna ataupun pilihan politik yang berbeda.
4. Setiap politisi harus diterapkan dengan saling berkomunikasi untuk menemukan solusi atas permasalahan masyarakat, komunikasi itu adalah bentuk musyawarah untuk menjangkau kebutuhan masyarakat secara keseluruhan pada tingkat yang paling bawah.
5. Setiap apapun kegiatan politik, harus bermuara pada kebutuhan sosial masyarakat tanpa melihat siapa yang memilih warna apa. Sehingga Jaring pengaman sosial harus diperluas dan diperkuat. Kesenjangan antar masyarakat harus menjadi bahan pertimbangan, kemiskinan wajib dikurangi.
Untuk memenuhi kesadaran diri dan masyarakat tersebut, sikap politik yang relevan adalah :
1. Rajinlah sembahyang (tanpa menunjukkan keinginan berkuasa)
Masyarakat dapat menilai, mana orang yang tulus atau hanya mencari simpati saja kalau sembahyang. Disamping Ida Sang Hyang Widhi juga akan mencatat secara niskala, maka ketulusan dan sinkronisasi pikiran, perkataan dan perbuatan (kejujuran) akan secara tidak langsung menggerakkan masyarakat untuk memilihnya.
2. Bersentuhan tangan.
Pentingnya masyarakat miskin, orang tua (panglingsir), masyarakat umum disapa dengan senyum dan jabat tangan. Ketika sentuhan tangan itu terjadi, saya yakin aliran rasanya akan sampai ke hati.
3. Tidak semua masalah dan problematika masyarakat bisa diselesaikan diatas meja, menaiki mobil dan terlihat dikhalayak umum dengan menghadiri undangan dari elit masyarakatnya. Akan tetapi, harus ada waktu lebih guna singgah dan bertatap langsung, mendengar langsung dan berinteraksi langsung di tempat masyarakat. Gaya demikian akan memikat masyarakat yang merasa terpinggirkan, atau termajinalkan.
4. Tidak berjanji
Sebaiknya politisi sekarang jangan berjanji. Banyak masyarakat yang kenyang akan janji tapi tidak terbukti. Siapapun yang berjanji dalam pemilihan saat ini, saya yakin masyarakat akan sinis karena kekecewaannya selama ini.
5. Tidak menjual atau membeli suara masyarakat (baik melalui hibah, sumbangan ataupun serangan fajar)
Gaya politik ini adalah teknik pengkerdilan demokrasi dengan menyasar masyarakat yang berintelektual serta integritas lemah. Namun dalam perkembangan pengetahuan masyarakat yang berkembang, kesadaranpun meningkat, sehingga asas Jujur, Adil. Langsung, Bebas, dan Rahasia akan dilaksanakan berdasarkan hati nurani, bukan karena uang dan kekuasaan.
6. Perbanyak Blusukan. Kurangi seremonial
Masyarakat saat ini sedang suka dengan blusukan. Hadir dalam setiap kegiatan masyarakat, dan melihat kegiatan masyarakat di lapangan. Mereka tidak suka dengan politisi yang pamer akan prestasi, banyak kegiatan seremonial, seolah-olah berprestasi tapi masyarakat tidak diperhatikan.
Jika kita memahami psikologis masyarakat pasti akan lebih diterima dengan akal dan hati nurani. (hd)