Denpasar – baliwananews.com | India menyerang wilayah Kashmir Pakistan pada 7 Mei 2025, dibalas Pakistan dengan menembak jatuh lima jet India. Puluhan warga sipil tewas, ketegangan meningkat, dan dunia internasional mendesak deeskalasi.
Ketegangan antara India dan Pakistan mencapai titik kritis setelah India meluncurkan serangan rudal ke sembilan lokasi di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan pada 7 Mei 2025. Serangan yang dijuluki “Operasi Sindoor” ini disebut sebagai balasan atas serangan milisi di Pahalgam bulan lalu yang menewaskan 26 warga sipil India. Namun, Pakistan membantah keterlibatan dan membalas dengan menembak jatuh lima pesawat tempur India, termasuk pesawat canggih seperti Rafale dan MiG-29.
Di lapangan, konflik ini telah memakan korban jiwa dan mengakibatkan kerusakan parah. Pakistan melaporkan delapan warga sipil tewas dan 35 lainnya luka-luka, dengan Masjid Bilal di Muzaffarabad hancur akibat serangan. Sementara itu, India mengklaim tiga warganya tewas setelah Pakistan membalas serangan di distrik Poonch. Kesaksian warga setempat menggambarkan kepanikan dan trauma yang mendalam. Muhammad Waheed, seorang saksi di Muzaffarabad, bercerita bagaimana ledakan tiba-tiba menghancurkan masjid lingkungan mereka yang hanya digunakan untuk ibadah sehari-hari.
Respons politik dari kedua negara semakin memperuncing situasi. Pakistan melalui Menteri Luar Negeri Muhammad Ishaq Dar melaporkan insiden ini ke Dewan Keamanan PBB dan menegaskan hak mereka untuk membela diri. Sementara itu, India melalui Menteri Luar Negeri S. Jaishankar menyerukan dunia untuk tidak toleran terhadap terorisme. Di tengah ketegangan ini, pengamat internasional seperti Michael Kugelman mendesak negara-negara berpengaruh seperti AS dan negara-negara Teluk untuk segera turun tangan dan mencegah eskalasi yang lebih berbahaya, mengingat kedua negara memiliki senjata nuklir.
Konflik ini juga berdampak pada stabilitas ekonomi global, termasuk Indonesia. Sebagai salah satu eksportir utama minyak sawit (CPO) dan batu bara ke India dan Pakistan, Indonesia dikhawatirkan akan mengalami penurunan permintaan jika perang berkepanjangan. Pengamat ekonomi menyarankan pemerintah mencari pasar alternatif untuk mengurangi risiko kerugian.
Dengan ancaman serangan balasan dari Pakistan dan sikap defensif India, dunia internasional kini memandang konflik ini sebagai krisis yang berpotensi meluas. Tanpa upaya diplomasi yang serius, ketegangan di Kashmir tidak hanya mengancam perdamaian regional tetapi juga stabilitas global. (hd)