Pemilu 2024 Bikin Masyarakat Alami Kecemasan dan Depresi
Denpasar (Baliwananews.com) – Survei Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa mengindikasikan bahwa Pemilu 2024 di Indonesia memengaruhi kesehatan mental masyarakat. Dari 1.077 responden, sebanyak 16% mengalami kecemasan dan 17% mengalami depresi pasca-Pemilu.
Proses Pemilihan Umum 2024 meningkatkan kecemasan dan depresi pada masyarakat di Indonesia. Risiko kecemasan meningkat 1,6 kali hingga 2,7 kali dan risiko depresi meningkat hingga tiga kali pada masyarakat.
Hal tersebut terungkap dari hasil survei bertajuk Studi Kesehatan Jiwa dan Pemilu 2024 yang dilakukan oleh tim peneliti Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa pada masyarakat setelah pemungutan suara pada Pemilu 2024. Penelitian tersebut melibatkan 1.077 responden dari 29 provinsi di Indonesia dan luar negeri, dengan sebanyak 77% dari responden merupakan perempuan dan 71% berusia di bawah 40 tahun.
Inisiator Kaukus Ray Wagiu Basrowi menyebut hasil studi ini mengindikasikan bahwa setelah Pemilu 2024, prevalensi kecemasan masyarakat mencapai 16%, sedangkan tingkat depresi mencapai 17,1%. Kedua tingkat prevalensi ini menunjukkan tingkat cemas dan depresi pada tingkat sedang dan berat. Perbandingan dengan studi lain, seperti Riset Kesehatan Dasar 2018 dan Direktorat Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan 2022, menunjukkan bahwa tingkat kecemasan di Indonesia sebelumnya sebesar 9,8% dan depresi sebesar 6%.
Lalu apa saja penyebabnya?
Ray menuturkan, adanya persepsi konflik pada pemilu menjadi salah satu pemicu kecemasan dan depresi pada masyarakat. Persepsi ini melibatkan konflik diri saat membuat keputusan dalam memilih serta konflik eksternal akibat perbedaan pilihan politik. Sebanyak 12% dari responden mengungkapkan adanya konflik diri dan 11% mengalami konflik eksternal.
Selain itu, tekanan dari pihak luar selama proses pemilu juga menjadi faktor pemicu kecemasan dan depresi. Tekanan ini mencakup ajakan, seruan, paksaan, dan konten yang dikirim melalui media sosial, keluarga, rekan kerja, dan tim kampanye dari tim sukses diidentifikasi sebagai pelaku yang paling banyak memberikan tekanan.
Nila Moeloek, inisiator Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa dan Menteri Kesehatan 2014-2019, berharap hasil studi kesehatan jiwa meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemangku kepentingan. Ia menekankan perlunya mitigasi untuk mengatasi risiko kecemasan dan depresi, serta mencegah memburuknya kondisi tersebut. Nila Moeloek menyoroti pentingnya penanganan dan pencegahan sejak dini, mengingat dampak serius termasuk risiko bunuh diri. (hd)