Denpasar – baliwananews.com | CEO Telegram, Pavel Durov hari ini dikabarkan telah ditangkap oleh kepolisian Prancis. Durov ditangkap atas tuduhan kelalaian dalam melaksanakan keamanan pada aplikasinya, Telegram.
Berita mengejutkan datang dari dunia teknologi. Pada Sabtu (24/8) malam waktu Prancis, kepolisian Prancis dikabarkan telah melakukan penangkapan terhadap CEO Telegram, Pavel Durov. Melansir Reuters, meskipun belum ada pernyataan resmi dari pihak kepolisian Prancis, 2 sumber Reuters menyampaikan bahwa Durov ditangkap tepat setelah mendarat di Bandara Le Bourget. Durov ditengarai sedang melakukan perjalanan menggunakan jet pribadinya dari Azerbaijan menuju Prancis.
Penangkapan Durov ini sendiri diduga akibat serangkaian kasus kriminal yang disebabkan oleh lemahnya pembatasan konten di Telegram. Salah satu sumber Reuters menyebutkan bahwa Durov dinilai nonkooperatif dalam serangkaian kasus kriminal yang menyeret Telegram sebagai letak transaksi kriminal tersebut terjadi. Kurangnya moderasi konten yang beredar di Telegram juga turut memperburuk tuduhan yang dilayangkan kepada Durov. Durov sendiri saat ini tengah berada dalam tahanan kepolisian Prancis dan dikabarkan akan tampil ke publik dan menerima dakwaan pada Minggu waktu setempat. Melansir Tempo, Durov dapat menghadapi dakwaan hingga 20 tahun penjara akibat aktivitasnya tersebut.
Sebenarnya, kasus lemahnya pembatasan konten di Telegram sendiri sebenarnya telah berlangsung sejak lama. Beberapa kali Telegram enggan membantu pihak berwajib dalam membuka jalan untuk melakukan investigasi di beberapa kasus kriminal besar hingga Telegram dianggap lalai dalam mengawasi peredaran konten ilegal, terutama saat konflik Rusia-Ukraina pecah di 2022. Kala itu, kedua belah pihak yaitu Rusia dan Ukraina sama-sama menganggap bahwa Telegram menjadi medan perang virtual dimana banyak konten yang saling menjatuhkan kedua belah pihak beredar secara bebas melalui grup-grup dan komunitas yang dibuat di Telegram. Durov yang terkenal sebagai pejuang kebebasan berpendapat juga sempat menuduh badan intelejen Amerika, FBI telah “mencoba” menyusupi aplikasinya untuk mencari informasi.
Isu penangkapan ini tentu saja menjadi sorotan publik dunia. CEO X, Elon Musk membuat beberapa cuitan terkait kebebasan berpendapat dengan mengutip berita penangkapan Durov. Elon mencuit “POV: It’s 2030 in Europe and you’re being executed for liking a meme” dan “Liberte.. Liberte.. Liberte..” yang mengindikasikan bahwa penangkapan Durov telah melanggar hak kebebasan berpendapatnya dan menuntut untuk Durov dibebaskan. Politisi Rusia, Maria Butina juga turut menyuarakan pendapatnya terhadap penangkapan Durov. Maria menilai bahwa Durov telah menjadi korban dari rencana pihak barat dalam menguasai Telegram. Hingga berita ini ditulis, belum ada keterangan resmi baik dari kepolisian maupun pemerintah Prancis terkait penangkapan Durov. Perwakilan Telegram pun enggan memberikan komentar terkait dengan kasus ini. (hd)